Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani. (Foto: Istimewa/ net) |
Pencapaian defisit APBN dalam satu bulan itu setara dengan 0,26% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau tumbuh tipis dari posisi periode sama tahun lalu yakni 0,23% dari PDB. Adapun di tahun ini outlook defisit anggaran mencapai 5,7% dari PDB.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit APBN satu bulan pertama di tahun ini disebabkan oleh penerimaan negara yang loyo. Dalam laporan APBN, realisasinya hanya mencapai Rp 100,1 triliun kontraksi 4,8% year on year (yoy).
Penerimaan negara loyo utamanya diakibatkan oleh setoran pajak yang masih mini karena dampak virus corona. Hal ini tercermin dari realisasi pajak penghasilan (PPh) Migas sebesar Rp 2,3 triliun, minus 19,8% yoy. Pencapaian PPh Migas lebih buruk dibandingkan pajak nonmigas yang kontraksi Rp 15,2% yoy.
Menkeu menyampaikan, penerimaan PPh migas masih minus meskipun harga migas pada bulan lalu lebih tinggi dari periode saat pandemi, tapi terpantau lebih rendah dibandingkan Januari 2020. Dus, ini mempengaruhi setoran pajak dari para wajib pajak di sektor migas.
Meskipun penerimaan negara merosot, tapi belanja negara tumbuh positif. Laporan APBN mencatat realisasinya mencapai Rp 145,8 triliun, tumbuh 4,2% yoy. Untuk belanja pemerintah pusat tumbuh 32,4% yoy dengan realisasi sebesar Rp 94,7 triliun.
Menkeu mengatakan, pencapaian belanja selama Januari 2021 ditujukan untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi di tahun ini dari yang sudah berlangsung di akhir tahun lalu. Belanja ini termasuk program perlindungan sosial dari pemerintah yang bertujuan mendorong konsumsi masyarakat miskin.
“Terlihat dalam belanja semuanya positif growth dibandingkan Januari tahu lalu. Inilah yang kita sebutkan daya dorong belanja di Januari termasuk untuk belanja K/L dan non-KL,” kata Menkeu dalam Konferensi Pers Realisasi APBN 2021 Periode Januari, dikutip dari KONTAN.CO.ID Selasa (23/1/2021).
Sementara itu realisasi pembiayaan sepanjang Januari 2021 sebesar Rp 165,9 triliun tumbuh 140,7% secara tahunan. Angka tersebut juga setara dengan 16,5% dari outlook pembiayaan hingga akhir tahun ini yang mencapai Rp 1.006,4 triliun.
Sumber: sukabumiNews.net